Sawer KPK, Nenek Susariati Bongkar Celengan

By Unknown on Senin, 16 Juli 2012 with 0 comments


VIVAnews - Dengan menumpang ojek dari rumahnya, Susariati pergi menuju Stasiun Bojong Gede, Jawa Barat. Menggenggam tiket KRL Commuter Line, sekitar pukul 09.00 WIB, nenek berusia 70 tahun itu rela berdesakan dengan para penumpang KRL lainnya.

Ia hendak ke Gedung Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang terletak di Jalan Rasuna Said, Jakarta Selatan.

KRL Commuter Line yang ia tumpangin pun tiba di Stasiun Kalibata. Mengenakan Jilbab Putih, Susariati pun turun dari KRL dan beralih menggunakan Mikrolet dan Kopaja.

Sekitar pukul 10.00 WIB, nenek yang memiliki sembilan cucu itu pun sampai di Gedung KPK. Suasana di Gedung KPK saat itu sedang ramai dengan awak media. Karena KPK sendiri sedang memeriksa sejumlah saksi dan tersangka berbagai kasus korupsi.

Ia pun luput dari pantauan jurnalis yang lebih fokus mengejar para terlibat kasus korupsi. Tak banyak bicara, Susariati pun langsung menuju Posko "Saweran Gedung Baru KPK". Di sana ia diterima sejumlah anggota Indonesia Corruption Watch (ICW) yang menjadi koordinator berbagai kalangan dalam pembangunan gedung baru bagi Lembaga antikorupsi itu.

Sembari mengisi kuintansi bukti sumbangan, ia menyerahkan uang sebesar Rp400 ribu dari tas kecil cokelat miliknya. Senyum pun mengembang dari wajah Susariati, seolah ada perasaan lega terpancar dari hatinya.

Usai menyumbang, ia pun duduk di samping anggota ICW, Illian Deta Artasari. Sesekali ia mengeluarkan sebotol air mineral. Menghilangkan dahaga di tenggorokannya.

Tak lama berselang, ia pun baru bercerita soal sumbangannya yang tak seberapa besar, tapi mungkin sangat berarti bagi kelancaran pemberantasan korupsi di Negeri "Kolam Susu" ini.

Uang Rp400 ribu rela ia sumbangkan demi KPK yang berencana membangun gedung baru yang lebih representatif lagi. Uang itu bukan gaji pensiunan. Tapi merupakan tabungannya sejak Desember tahun lalu, pemberian anak-anaknya sebagai tukang roti.

"Awalnya untuk perbaikan kamar saya yang atapnya sering bocor," kata Susariati saat berbincang dengan VIVAnews.co.id.

Namun, sebulan terakhir ini niatnya memperbaiki loteng kamar tidurnya itu diurungkan. Ia lebih memilih uang yang dikumpulkannya itu disumbangkan kepada yang lebih membutuhkan dan bermanfaat bagi banyak orang. "Saya pikir uang itu akan lebih baik saya sumbangkan kepada KPK. Bisa bermanfaat bagi banyak orang," kata dia.

Nenek kelahiran 1940 itu pun melanjutkan ceritanya. Pilihan untuk menyumbangkan kepada pembangunan gedung KPK adalah pilihan yang tepat. Dengan memberi sumbangan kepada yang membutuhkan, akan jauh lebih banyak manfaatnya ketimbang untuk keperluan pribadi.

Apalagi, dia punya pengalaman cukup pahit selama hidupnya. Pendudukan Jepang, Jaman Agresi I dan II Belanda, Pemerintahan Orde Lama, Rezim Orde Baru, dan Era Reformasi telah ia jalani. Lima massa yang ia selama hidupnya itu dilihatnya banyak kesengsaraan.

"Saya banyak belajar. Waktu saya pernah mengungsi karena banjir di Nganjuk, saya belajar dari orang-orang kaya yang menyumbangkan hartanya untuk keperluan pengungsi," ucapnya.

Dari situlah, ia berpikir untuk turut menyumbang pembangunan Gedung baru KPK yang hingga saat ini DPR belum mau menyetujui pencairan anggarannya. Ia berharap, dengan gedung baru, KPK punya semangat baru untuk memberantas para penjahat "kerah putih" yang justru menyengsarakan rakyat.

Susariati pun geram dengan prilaku para koruptor yang ia sebut sebagai "pembunuh" masa depan banyak orang di negeri ini. "Koruptor itu pembunuh. Hukuman yang layak adalah hukuman mati, biar jera. Saya setuju dengan Adnan Buyung Nasution yang menyarankan agar koruptor dihukum mati," ujarnya.

"Rakyat banyak yang membutuhkan. Tapi para koruptor malah merampas uang rakyat. Membunuh masa depan rakyat," ucapnya.

Tak hanya hukuman mati. Susariati pun punya saran bagi KPK untuk menghukum para terpidana korupsi yang sudah ditahan. Katanya, para terpidana korupsi itu harus dihukum menyapu jalanan atau membersihkan kali yang ada di Jakarta dengan menggunakan baju tahanan KPK. "Biar masyarakat tahu, dia itu koruptor," kata Susariati yang mengetahui adanya saweran gedung KPK dari televisi.

Adzan Zuhur pun berkumandang. Susariati pamit hendak menjalankan ibadah sholat Zuhur. Rencananya, ia akan pulang ke rumahnya usai menunaikan sholat. Rutenya sama dengan rute ketika ia pergi ke KPK. Naik Kopaja, Mikrolet, KRL, dan ojek.
Hingga hari ke-20 atau Senin 16 Juli 2012, pengumpulan sumbangan gedung KPK, telah terkumpul Rp259.002.684. Jika ada yang berminat untuk ikut menyumbang, dapat mengirimkan melalui rekening BNI nomor 0056124374 atas nama Perkumpulan ICW.

Category: Hot

POST COMMENT

0 komentar:

Post a Comment